Archive

Archive for the ‘Nur Hidayah’ Category

Aku Ingin Bertaubat, Tetapi…

March 22, 2011 Leave a comment

“Aku ingin bertaubat hanya saja dosaku terlalu banyak. Aku pernah terjerumus dalam zina. Sampai-sampai aku pun hamil dan sengaja membunuh jiwa dalam kandungan. Aku ingin berubah dan bertaubat. Mungkinkah Allah mengampuni dosa-dosaku?!”

Sebagai nasihat dan semoga tidak membuat kita berputus dari rahmat Allah , cubalah kita lihat sebuah kisah yang pernah disebutkan oleh Nabi SAW berikut ini. Semoga kita dapat mengambil pelajaran-pelajaran berharga di dalamnya.


Kisah Taubat Pembunuh 100 Jiwa

Kisah ini diriwayatkan dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinaan Al Khudri R.A. sesungguhnya Nabi SAW bersabda yang bermaksud,

“Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh 99 jiwa. Lalu ia bertanya tentang keberadaan orang-orang yang paling alim di muka bumi. Namun ia ditunjuki pada seorang rahib. Lantas ia pun mendatanginya dan berkata, ”Jika seseorang telah membunuh 99 jiwa, apakah taubatnya diterima?” Rahib pun menjawabnya, ”Orang seperti itu tidak diterima taubatnya.” Lalu orang tersebut membunuh rahib itu dan genaplah 100 jiwa yang telah ia renggut nyawanya.

Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka bumi. Ia pun ditunjuki kepada seorang ‘alim. Lantas ia bertanya pada ‘alim tersebut, ”Jika seseorang telah membunuh 100 jiwa, apakah taubatnya masih diterima?” Orang alim itu pun menjawab, ”Ya masih diterima. Dan siapakah yang akan menghalangi antara dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke tempat yang jauh di sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah SWT, maka sembahlah Allah bersama mereka. Dan janganlah kamu kembali ke tempatmu(yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat jelek.”

Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut). Ketika sampai di tengah perjalanan, maut pun menjemputnya. Akhirnya, terjadilah perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat adzab. Malaikat rahmat berkata, ”Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada Allah ”. Namun malaikat adzab berkata, ”Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun”. Lalu datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka. Malaikat ini berkata, ”Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pen). Jika jaraknya dekat, maka ia yang berhak atas orang ini.” Lalu mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia tuju. Akhirnya,ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat.”

Pengajaran Dari Hadis :

Pertama: Luasnya Ampunan Allah

Hadits ini menunjukkan luasnya ampunan Allah . Hal ini dikuatkan dengan hadits lainnya. Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, Allah SWT berfirman yang bermaksud:

”Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-Mu dengan ampunan sepenuh bumi pula.”

Kedua: Allah Akan Mengampuni Setiap Dosa Meskipun Dosa Besar Selama Mau Bertaubat

Selain faedah dari hadits ini, kita juga dapat melihat pada firman Allah SWT yang bermaksud,

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah . Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az Zumar: 53)

Ibnu Katsir mengatakan,

”Ayat yang mulia ini berisi seruan kepada setiap orang yang berbuat maksiat baik kekafiran dan lainnya untuk segera bertaubat kepada Allah . Ayat ini mengabarkan bahwa Allah akan mengampuni seluruh dosa bagi siapa yang ingin bertaubat dari dosa-dosa tersebut, walaupun dosa tersebut amat banyak, bagai buih di lautan. ”

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah akan mengampuni setiap dosa walaupun itu dosa kekufuran, kesyirikan, dan dosa besar (seperti zina, membunuh dan minum minuman keras). Sebagaimana Ibnu Katsir mengatakan,

”Berbagai hadits menunjukkan bahwa Allah mengampuni setiap dosa (termasuk pula kesyirikan) jika seseorang bertaubat. Janganlah seseorang berputus asa dari rahmat Allah walaupun begitu banyak dosa yang ia lakukan karena pintu taubat dan rahmat Allah begitu luas.”

Ketiga: Janganlah Membuat Seseorang Putus Asa Dari Rahmat Allah

Ketika menjelaskan surat Az Zumar ayat 53 di atas, Ibnu Abbas mengatakan,

“Barangsiapa yang membuat seorang hamba berputus asa dari taubat setelah turunnya ayat ini, maka ia berarti telah menentang Kitabullah ‘azza wa jalla. Akan tetapi seorang hamba tidak mampu untuk bertaubat sampai Allah memberi taufik padanya untuk bertaubat.”

Keempat: Seseorang Yang Melakukan Dosa Beberapa Kali Dan Ia Bertaubat, Allah Pun Akan Mengampuninya

Sebagaimana disebutkan pula dalam hadits lainnya, dari Abu Huroiroh, Rasulullah SAW bersabda yang diceritakan dari Rabbnya ‘azza wa jalla yang bermaksud,

“Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu dia mengatakan “Ya Allah , ampunilah dosaku”. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia mengatakan, “Wahai Rabb, ampunilah dosaku”. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia mengatakan, “Wahai Rabb, ampunilah dosaku”. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa. Beramallah sesukamu, sungguh engkau telah diampuni.”

An Nawawi dalam Syarh Muslim mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan ‘beramallah sesukamu’ adalah selama engkau berbuat dosa lalu bertaubat, maka Allah akan mengampunimu.

An Nawawi mengatakan,

”Seandainya seseorang berulang kali melakukan dosa hingga 100 kali, 1000 kali atau lebih, lalu ia bertaubat setiap kali berbuat dosa, maka pasti Allah akan menerima taubatnya setiap kali ia bertaubat, dosa-dosanya pun akan gugur. Seandainya ia bertaubat dengan sekali taubat saja setelah ia melakukan semua dosa tadi, taubatnya pun sah.”

Ya Rabb, begitu luas sekali rahmat dan ampunan-Mu terhadap hamba yang hina ini …

Kelima: Diterimanya Taubat Seorang Pembunuh

An Nawawi rahimahullah mengatakan,

”Ini adalah madzhbab para ulama dan mereka pun berijma’ (bersepakat) bahwa taubat seorang yang membunuh dengan sengaja, itu sah. Para ulama tersebut tidak berselisih pendapat kecuali Ibnu ‘Abbas. Adapun beberapa perkataan yang dinukil dari sebagian salaf yang menyatakan taubatnya tidak diterima, itu hanyalah perkataan dalam maksud mewanti-wanti (berulang, Eng: repeatedly, time after time ) besarnya dosa membunuh dengan sengaja. Mereka tidak memaksudkan bahwa taubatnya tidak sah.”

Keenam: Orang Yang Bertaubat Hendaknya Berhijrah Dari Lingkungan Yang Jelek

An Nawawi mengatakan,

”Hadits ini menunjukkan orang yang ingin bertaubat dianjurkan untuk berpindah dari tempat ia melakukan maksiat.”

Ketujuh: Memperkuat Taubat Yaitu Berteman Dengan Orang Yang Sholih

An Nawawi mengatakan,

”Hendaklah orang yang bertaubat mengganti temannya dengan teman-teman yang baik, sholih, berilmu, ahli ibadah, waro’dan orang-orang yang meneladani mereka-mereka tadi. Hendaklah ia mengambil manfaat ketika bersahabat dengan mereka.”

Nabi SAW juga mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasihati kita yang bermaksud,

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.”

Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan,

“Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini juga menunjukkan dorongan agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.”

Kelapan: Keutamaan Ilmu Dan Orang Yang Berilmu

Dalam hadits ini dapat kita ambil pelajaran pula bahwa orang yang berilmu memiliki keutamaan yang luar biasa dibanding ahli ibadah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits lainnya, dari Abu Darda’, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud,

”Dan keutamaan orang yang berilmu dibanding seorang ahli ibadah adalah bagaikan keutamaan bulan pada malam purnama dibanding bintang-bintang lainnya.”

Al Qodhi mengatakan,

”Orang yang berilmu dimisalkan dengan bulan dan ahli ibadah dimisalkan dengan bintang karena kesempurnaan ibadah dan cahayanya tidaklah muncul dari ahli ibadah. Sedangkan cahaya orang yang berilmu berpengaruh pada yang lainnya.”

Kesembilan: Orang Yang Berfatwa Tanpa Ilmu Hanya Membawa Kerusakan

Lihatlah bagaimana kerusakan yang diperbuat oleh ahli ibadah yang berfatwa tanpa dasar ilmu. Ia membuat orang lain sesat bahkan kerugian menimpa dirinya sendiri. Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Umar bin ‘Abdul ‘Aziz yang bermaksud,

”Barangsiapa beribadah pada Allah tanpa ilmu, maka kerusakan yang ditimbulkan lebih besar daripada perbaikan yang dilakukan.”

Syarat Diterimanya Taubat

Syarat taubat yang mesti dipenuhi oleh seseorang yang ingin bertaubat adalah sebagai berikut:

Pertama: Taubat dilakukan dengan ikhlas, bukan karena makhluk atau untuk tujuan duniawi.

Kedua: Menyesali dosa yang telah dilakukan sehingga ia pun tidak ingin mengulanginya kembali.

Ketiga: Tidak terus menerus dalam berbuat dosa. Maksudnya, apabila ia melakukan keharaman, maka ia segera tinggalkan dan apabila ia meninggalkan suatu yang wajib, maka ia kembali menunaikannya. Dan jika berkaitan dengan hak manusia, maka ia segera menunaikannya atau meminta maaf.

Keempat: Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut lagi karena jika seseorang masih bertekad untuk mengulanginya maka itu pertanda bahwa ia tidak benci pada maksiat.

Kelima: Taubat dilakukan pada waktu diterimanya taubat yaitu sebelum datang ajal atau sebelum matahari terbit dari arah barat. Jika dilakukan setelah itu, maka taubat tersebut tidak lagi diterima.

Inilah syarat taubat yang biasa disebutkan oleh para ulama.

Penutup

Saudaraku yang sudah bergelimang maksiat dan dosa. Kenapa engkau berputus asa dari rahmat Allah? Lihatlah bagaimana ampunan Allah bagi setiap orang yang memohon ampunan pada-Nya. Orang yang sudah membunuh 99 nyawa + 1 pendeta yang ia bunuh, masih Allah terima taubatnya. Lantas mengapa engkau masih berputus asa dari rahmat Allah?!

Orang yang dulunya bergelimang maksiat pun setelah ia taubat, bisa saja ia menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Ia bisa menjadi Muslim yang sholih dan Muslimah yang sholihah. Itu suatu hal yang mungkin dan banyak sekali yang sudah membuktikannya. Mungkin engkau pernah mendengar nama Fudhail bin Iyadh. Dulunya beliau adalah seorang perampok (perompak). Namun setelah itu bertaubat dan menjadi ulama besar. Itu semua karena taufik Allah. Kami pun pernah mendengar ada seseorang yang dulunya terjerumus dalam maksiat dan pernah menzinai pacarnya. Namun setelah berhijrah dan bertaubat, ia pun menjadi seorang yang alim dan semakin paham agama. Semua itu karena taufik Allah. Dan kami yakin engkau pun pasti bisa lebih baik dari sebelumnya. Semoga Allah beri taufik.

Ingatlah bahwa orang yang berbuat dosa kemudia ia bertaubat dan Allah ampuni, ia seolah-olah tidak pernah berbuat dosa sama sekali. Dari Abu ‘Ubaidah bin ‘Abdillah dari ayahnya, Rasulullah SAW bersabda,

”Orang yang bertaubat dari suatu dosa seakan-akan ia tidak pernah berbuat dosa itu sama sekali.”

Setiap hamba pernah berbuat salah, namun hamba yang terbaik adalah yang rajin bertaubat.

Dari Anas, beliau SAW bersabda,

“Semua keturunan Adam adalah orang yang pernah berbuat salah. Dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertaubat.”

Orang yang bertaubat akan Allah ganti kesalahan yang pernah ia perbuat dengan kebaikan. Sehingga seakan-akan yang ada dalam catatan amalannya hanya kebaikan saja. Allah SWT berfirman,

”Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Furqon: 70)

Al Hasan Al Bashri mengatakan;

”Allah akan mengganti amalan kejelekan yang diperbuat seseorang dengan amalan sholih. Allah akan mengganti kesyirikan yang pernah ia perbuat dengan keikhlasan. Allah akan mengganti perbuatan maksiat dengan kebaikan. Dan Allah pun mengganti kekufurannya dahulu dengan keislaman.”

Sekarang, segeralah bertaubat dan memenuhi syarat-syaratnya. Lalu perbanyaklah amalan kebaikan dengan melaksanakan yang wajib-wajib dan sempurnakan dengan shalat sunnah, puasa sunnah dan sedekah, karena amalan kebaikan niscaya akan menutupi dosa-dosa yang telah engkau perbuat. Rasulullah SAW pernah memberikan sebuah nasihat berharga kepada Abu Dzar Al Ghifariy Jundub bin Junadah,

“Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada dan ikutkanlah kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan akan menghapuskannya dan berakhlaqlah dengan sesama dengan akhlaq yang baik.”

Semoga Allah menerima setiap taubat kita. Semoga Allah sentiasa memberi taufik kepada kita untuk menggapai redha-Nya.

Dipetik dari : muslim.or.id

* Artikel Berkaitan : “Sayyidul Istighfar (Penghulu Istighfar)


http://www.facebook.com/plugins/like.php?href=http%3A%2F%2Fal-ehsaniah.blogspot.com&layout=standard&show_faces=false&width=450&action=like&colorscheme=light&height=35

Categories: Nur Hidayah

Nur Hidayah 2 : Jalan Hidayah Catherine Heseltine

February 28, 2011 Leave a comment
Pasangan bahagia Catherine Heseltine dan Muhammad Ali.

ADAKAH aku ingin menjadi seorang Muslim? Lebih-lebih lagi, pada usiaku 16 tahun. Tidak sama sekali dan terima kasih sahajalah. Manakan aku sanggup meninggalkan nikmat dunia yang dikecapi selepas ini.

“Agamaku adalah minum-minum, berparti sepanjang malam, malah aku selesa dengan teman-temanku yang ada.”

Itu pengakuan Catherine Heseltine sambil menggeleng-geleng kepala kepada soalan yang dianggap tidak masuk akal itu.

Dibesarkan di Chelsea, utara London, Catherine, 32, tidak pernah mengamalkan mana-mana agama pun di rumahnya. Apatah lagi kehidupannya lebih kepada lingkungan kelas menengah terpelajar menyebabkan agama dalam keluarganya adalah dianggap sesuatu yang kuno atau ketinggalan zaman serta tidak relevan.

Hingga pada suatu hari, guru tadika itu bertemu seorang pemuda bernama Syed. Pemuda itu, akui Catherine, berbeza dengan kebanyakan lelaki yang dikenalinya.

“Dia mencabar segala prasangka saya terhadap agama. Orangnya masih muda, seorang Muslim, seorang yang sangat percaya kepada Tuhan dan yang paling saya tidak berkenan, dia juga seorang yang normal atau dia sama seperti pemuda-pemuda seusianya.

“Yang membezakan Syed dengan pemuda-pemuda Inggeris lain ialah dia tidak langsung minum minuman keras,” katanya.

Bagi Catherine, perbincangan dengan Syed banyak membuatnya sering seperti ditampar.

Menurut Syed, seorang yang berpegang dengan fahaman agnotisme juga menyedari bahawa tanpa pegangan agama itu juga sebenarnya satu pegangan atau keyakinan.

Agnotisme adalah orang yang berpendapat atau berpendirian bahawa hanya sesuatu yang berupa kebendaan sahaja yang boleh diketahui manakala pengetahuan tentang Tuhan dan segala yang abstrak tidak mungkin.

Setahun kemudian, apa yang terjadi adalah sebaliknya. Dalam diam-diam, Catherine jatuh hati kepada Syed dan Islam. Yang peliknya, dia sendiri tidak tahu yang mana datang dahulu sama ada kepada Islam ataupun Syed.

Yang jelas, dia semakin tekun membaca buku-buku berkaitan Islam.

Apa yang paling menarik perhatian Catherine daripada semua bahan bacaan itu?

“Al-Quran. Kitab ini sangat menarik dari sisi intelektual, sisi emosional dan spiritual. Saya menyukai penjelasannya tentang kewujudan alam semesta yang dikesan sejak 1,500 tahun yang lalu.

“Malah, Islam telah memberikan hak-hak kepada wanita yang tidak dimiliki di dunia Barat. Saya makin yakin bahawa al-Quran itu adalah betul-betul sebuah wahyu,” kata hatinya.

Namun, untuk menyatakan keislaman diri, dia masih belum sanggup.

Baginya, pengislaman diri bukan sekadar melakukan syahadah atau demi mendapatkan apa yang diinginkan.

Dalam konteks Catherine, apa yang berpusing di mindanya ialah untuk mendapatkan Syed sebagai suaminya.

“Agama ini benar-benar cool. Tapi selama tiga tahun saya menyimpan minat dalam Islam untuk diri sendiri,” ujarnya.

Tidak lama kemudian, timbul keberanian untuk mengucap dua kalimah syahadah ketika berada di tahun pertama kuliah.

Pada tahun yang sama juga, atas alasan tidak mahu membina hubungan cinta yang panjang, mereka bersetuju menamatkan zaman bujang dengan melangsungkan pernikahan agar bergelar suami isteri di segi syariat Islam.

“Reaksi awal ibu, dia mempersoalkan tidakkah kami sekadar hidup bersama tanpa perlu bernikah? Ini salah satu tanda hatinya agak berat merestui perhubungan itu,” kata Catherine.

Bagi ibunya, rumah tangga Muslim adalah rumah tangga yang banyak menindas kaum isteri.

Pada awal pengislaman, Catherine tidak terus memakai tudung, cuma pada acara-acara keagamaan sahaja. Namun dalam rutin kehidupan seharian, dia lebih selesa mengenakan bandana atau sekadar bertopi untuk menutupi rambutnya.

Alasannya, dia sengaja tampil demikian untuk menarik perhatian, waima ketika berada di rumah, sedang menikmati hidangan, membeli-belah, ataupun sewaktu berada di luar rumah. Kalau orang bertanya, maka akan mudah baginya untuk bercerita tentang Islam.

Beliau mahu orang ramai dapat mengadaptasikan ajaran Islam secara berperingkat-peringkat.

“Saya juga mahu mereka menghakimi diri saya pertamanya dari sudut kecerdasan dan karakter, bukan pada agama saya. Inilah yang saya maksudkan sebagai syiar,” katanya.

Ramai yang beranggapan pengislaman Catherine hanya untuk menggembirakan keluarga suami tetapi bukan atas kerelaan, keikhlasan dan kepercayaan diri sendiri.

Tidak terkecuali juga kalangan teman-temannya termasuk ada yang terkejut bahawa Islam mengharamkan arak, menyalahgunakan dadah dan tidak menggauli lelaki secara bebas.

Hal ini mengambil masa terutamanya kepada kawan-kawan lelaki di universiti seperti tidak boleh bercium atau mengucapkan salam dengan menyentuh pipi dan banyak lagi.

“Saya terpaksa memberitahu mereka, minta maaf ini bukan cara orang Islam.

“Lama-kelamaan, saya sebenarnya beralih menjadi seorang yang lebih Islamik daripada suami. Hal ini menyebabkan hubungan kami semakin renggang.

“Pada akhirnya, hati saya kuat mengatakan tanggungjawab suami dalam rumah tangga semakin berat dipikul olehnya dan krisis ini berlanjutan sehingga kami semakin menjauh dan kian terasing. Jodoh kami cuma bertahan selama tujuh tahun.

“Selepas berstatus janda, saya pindah ke rumah keluarga. Ramai yang pelik apabila mereka lihat saya masih lagi bertudung. Sejak itu, dalam situasi ditinggalkan sendirian, menjadikan keyakinan dan keimanan saya semakin kuat. Saya mula mencari kekuatan diri sebagai seorang Muslim dan mula berdikari,” katanya.

Catherine akui, Islam banyak memberikannya petunjuk dan hala tuju dalam hidup ini. Dia mula melibatkan diri dengan Muslim Public Affairs Committee. Beliau mengetuai kempen-kempen anti-Islamophobia, diskriminasi terhadap wanita di masjid, kemiskinan dan situasi serta perjuangan rakyat Palestin.

“Apabila segelintir pihak memanggil kami kumpulan pelampau, saya rasa itu sesuatu yang tidak masuk akal. Hakikatnya, terdapat terlalu banyak masalah dalam komuniti Muslim, tetapi apabila orang ramai rasa dikepung, ia menjadikan jalan perubahan itu semakin berliku dan sukar.

“Saya masih sebahagian masyarakat kulit putih di Britain tetapi saya beragama Islam. Sebenarnya, ia mengambil masa juga untuk saya menyesuaikan dua identiti itu agar serasi berganding,” katanya.

Sumber Artikel : Bicara Agama@Utusan Malaysia


http://www.facebook.com/plugins/like.php?href=http%3A%2F%2Fal-ehsaniah.blogspot.com&layout=standard&show_faces=false&width=450&action=like&colorscheme=light&height=35


Categories: Nur Hidayah

Nur Hidayah 1 : Wong Kim Hock

January 22, 2011 Leave a comment

Assalamualaikum.
Entri ini adalah permulaan siri Nur Hidayah. Siri ini akan memaparkan kisah-kisah mereka yang mendapat hidayah Allah, iaitu mereka yang keluar daripada kegelapan kepada cahaya. Mudah-mudahan kisah-kisah yang dipaparkan ini menjadi pengajaran dan asbab hidayah Allah untuk kita semua insyaAllah. Selamat membaca!


Setiap kali melaksanakan penyembahan mengikut agamanya, selalu timbul pertanyaan dalam hatinya.

“Tuhan yang mana satu yang mesti disembah dengan sebenarnya?”

Wong Kim Hock warganegara Malaysia keturunan Cina dilahirkan di Pahang pada tahun1948 dalam lingkungan yang menganut agama Budha. Oleh kerana kedua-dua ibu bapanya penganut setia agama Budha, Kim Hock juga menganut agama tersebut secara tradisi turun temurun, iaitu secara warisan dan ikut-ikutan saja.

Setelah umurnya menginjak dewasa, Kim Hock merasa tidak puas hati dengan agama Budha yang dipeluknya dan menganggap bahawa agama itu tidak sesuai dengan pemikirannya. Lalu dia mencari cari pegangan hidup yang lebih masuk akal dan bertemu dengan agama Kristian.

Setelah berfikir beberapa lama, dia tertarik dengan agama itu kerana dianggap lebih baik dari agama yang diwarisi dari ibu bapanya. Sebagai pengikut gereja, diapun menerima pengajaran tentang Tuhan Bapa, Tuhan anak dan Ruhul Qudus. Doktrin dan ajaran dalam Kristian diterimanya dari pendita yang disampaikannya di dalam gereja.

Setelah beberapa lama memeluk agama Kristian, Kim Hock mulai pula berfikir tentang dasar ketuhanan yang dianutinya. Bagaimana seseorang akan menyembah kepada Tuhan yang tiga itu? Kalau sekiranya dia khusyuk kepada Tuhan Bapa, apakah Tuhan yang lain tidak cemburu? Demikian juga jika sekiranya dia lebih cinta kepada Tuhan anak, sudah tentu Tuhan Bapa akan marah, kerana merasa dipersekutukan. Bagaimana pula Tuhan Ibu (Ruhul Qudus), pasti akan bersaing dalam merebut kekuasaan. Tentu perkara ini akan membingungkan. Walaupun fikirannya sudah mulai ragu dengan agama Kristian namun dia masih tetap memeganginya dengan perasaan yang kurang yakin.

Pada tahun 1983 Kim Hock pergi ke Jordan untuk suatu kunjungan peribadi. Ketika sedang berada di Kota Amman, Kim Hock terbaca terjemahan Al-Quran pegangan umat Islam. Dari terjemahan Kitab Suci itulah ia mendapat pengetahuan tentang Tuhan yang sebenarnya. Tuhan itu satu (Maha Esa), tidak beranak dan tidak dilahirkan. Tidak ada Tuhan Bapa dan tidak ada Tuhan Ibu, juga tidak ada Tuhan anak. Kerana Tuhan mempunyai kuasa mutlak dan hanya kepada-Nya segala puji-pujian dan segala permohonan dipersembahkan.

Faham ini sangat sesuai dengan keyakinannya, dan dia merasakan mendapat jawapan yang dicari-carinya selama ini. Kalau Tuhan hanya satu, barulah dikatakan punya kekuasaan, kerana tidak ada yang menandingi kekuasaan-Nya. Dia yang menghidupkan dan Dia pula yang mematikan. Dia yang memberi kebaikan dan Dia pula yang menurunkan cubaan. Dia yang menciptakan hamba, maka dia pula yang berhak disembah. Kalau begitu, maka barulah manusia akan beribadah dan berdoa dengan khusyuk, kerana yang disembah dan tempat meminta hanya Tuhan Yang Satu.

Sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan hidayah pada hati Kim Hock, sehingga ia mengakui kebenaran Islam dan Al-Quran. Sesampainya di Malaysia, dia menceritakan keyakinannya kepada isterinya yang dikahwininya pada tahun1979, dan dikatakannya pula akan memeluk agama Islam. Si isteri pula dapat menerima apa-apa yang diterangkan oleh suaminya. Allah telah membuka hatinya untuk meninggalkan agama lamanya dan bersedia memeluk Islam.

Maka dengan tidak menunggu masa lagi, kedua orang suami isteri yang masih belum dikurniakan anak itu pergi ke pejabat Perkim dan di sana diterima oleh Ustaz Isa’ Mah dan menceritakan maksudnya untuk memeluk agama Islam.

Pada tahun 1984 yang sangat bersejarah itu, Wong Kim Hock dan isterinya membaca Syahadah dengan disaksikan oleh Ustaz Isa’ Mah dan pegawai Perkim lainnya. Untuk menyesuaikan identiti sebagai Muslim, nama Kim Hock ditukar dengan nama “Muhammad bin Abdullah” dan isterinya menggunakan nama Fatimah binti Abdullah.

Setelah menjadi seorang Islam, Muhammad bin Abdullah dengan isterinya sangat rajin mempelajari Islam. Dia banyak mendapat bimbingan dari beberapa orang Ustaz di Perkim, terutama Ustaz Husein Abdullah Yee yang juga asalnya seorang turunan Cina yang beragama Budha, kemudian masuk Islam.

Dari hari ke hari hatinya bertambah senang dengan Islam. Semakin banyak ilmu tentang Islam yang dipelajarinya, semakin bertambah pula ketenangan dan keyakinanya. Ilmu Islam sangat luas, tidak ada batasnya. Semakin banyak dipelajari, semakin banyak yang kelihatan bagaikan mutiara.

Bermacam-macam ilmu dalam Islam sangat menarik perhatian saudara baru kita ini. Akhirnya dia sampai pada kesimpulan yang disedarinya sendiri bahawa Islam itu memang agama Universal, mencakupi segala peraturan kehidupan dan alam setelah mati. Berbagai ilmu untuk menempuh kehidupan terdapat di dalamnya, dan kesemua peraturan hidup di dunia ini tujuannya untuk mencapai keselamatan dalam kehidupan di akhirat nanti.

Sebagaimana biasa risiko yang dialami oleh orang-orang Cina yang masuk Islam. Kim Hock dan isterinya juga menghadapinya, yakni tidak diakui oleh kaum keluarganya. Bagi Muhammad bin Abdullah perkara itu tidak menjadi soal, dia siap sedia menempuh kehidupan baru sebagai orang Islam sambil berdoa semoga keluarganya juga mendapat hidayah dari Allah dan mahu masuk Islam.

Untuk menyara hidup, suami isteri yang masih muallaf itu berusaha sekuat tenaga untuk mencukupi keperluannya tanpa mengharapkan bantuan dari pihak lain, selain kepada Allah semata. Dia berusaha memadukan kepakarannya sebagai keturunan Cina dalam berniaga dengan prinsip-prinsip Islam.

Bagi Muhammad, segala sesuatu jika diusahakan dengan tekun, istiqamah dan sabar ia akan mendapatkan hasil dan insya Allah akan berjaya. Begitulah ajaran Islam, dan seperti itu pula yang dipegang teguh oleh kaum cina dalam berusaha sehingga meraih kejayaan besar.

Muhammad bin Abdullah bekerja sebagai pembekal beberapa peralatan pejabat, sementara isterinya yang terbiasa dengan kehidupan seorang petani, berternak kambing untuk menambah pendapatan keluarga. Ketika kambingnya baru berjumlah 12 ekor, datang seorang Muslim membeli kambingnya untuk aqiqah. Kedua-dua saudara baru yang belum tahu apa itu aqiqah dan korban lalu bertanya mengenainya kepada seorang ustaz.

Setelah memahami perkara yang sebenar, terlintaslah dalam fikirannya, alangkah baiknya kalau dia menceburi bidang ternakan kambing dan lembu secara komersial. Dengan usahanya itu, nanti dapat memudahkan dan menggalakkan umat Islam dalam melaksanakan ibadah aqiqah dan korban yang sebahagian mereka menganggap perkara itu tidak penting.

Untuk mencapai maksudnya, puan Fatimah membesarkan usaha ternaknya di sebuah kawasan Sungai Buloh Selangor Darul Ehsan. Pada mulanya dia sendiri yang bertukang membuat kandang dan mengembala kambing-kambingnya dengan dibantu oleh suaminya.

Sehari ke sehari usahanya semakin berkembang dan ternaknya semakin banyak, maka puan Fatimah menubuhkan Syarikat The Best Farm yang bergerak di bidang ternakan kambing dan lembu dan dia sendiri sebagai pengurusnya sedangkan suaminya bertindak sebagai penasihat. Orang ramai mulai berdatangan ke situ untuk membeli kambing dan lembu untuk keperluan aqiqah dan kurban atau untuk keperluan lainnya.

The Best Farm menyediakan berbagai kemudahan di antaranya menyediakan ustaz yang faham untuk penyembelihan. Di samping itu dia juga menerbitkan buku panduan aqiqah dan kurban, yang mengandungi pengertian, kepentingan, dalil-dalil dan cara-cara melaksanakan aqiqah dan kurban. Buku yang disusun oleh seorang ustaz yang pakar itu diberikan secara percuma kepada orang ramai dengan demikian saudara baru kita ini telah turut berdakwah mengenai kepentingan aqiqah dan kurban.

Muhammad bin Abdullah mencari harta bukan untuk bermewah dalam kehidupan, tapi semuanya adalah untuk mencari keredhaan Allah. Beliau tetap mengamalkan gaya hidup sederhana, walaupun berkemampuan untuk membeli dan menggunakan barang-barang yang mewah. Selain digunakannya untuk mengerjakan ibadah di Tanah Suci Makkah, rezeki yang tidak seberapa itu juga digunakannya untuk berdakwah.

Beliau memberikan bantuan kepada sekolah agama rakyat, memberikan biasiswa kepada beberapa pelajar yang mempunyai minat belajar tapi tidak mampu di segi kewangan.

Baginya, berdakwah Bil Hal dan Bil Mal tidak kalah pentingnya dengan dakwah Bil Lisan. Di samping itu, dia sendiri dengan isterinya tidak henti-hentinya menuntut ilmu. Sekurang-kurangnya dua kali seminggu pasangan suami isteri itu pergi ke tempat-tempat ustaz untuk menimba ilmu. Mereka berazam untuk tetap hidup mengikut sunnah dan menuntut ilmu hingga ke liang kubur sebagaimana yang dikehendaki oleh Islam.

Selain berjaya di dalam usahanya setelah masuk Islam, Muhammad bin Abdullah juga telah dikurniakan oleh Allah dengan dua orang anak yang kesemuanya lahir dalam keluarga Islam. Di samping itu juga, hubungan dengan ibu bapa dan adik-beradiknya yang masih belum mendapat hidayah, telah pulih semula. Setiap tahun mereka balik ke Pahang untuk menziarahi mereka.

http://www.facebook.com/plugins/like.php?href=http%3A%2F%2Fal-ehsaniah.blogspot.com&layout=standard&show_faces=false&width=450&action=like&colorscheme=light&height=35


Categories: Dakwah, Nur Hidayah

Aku, Lim dan Islam

December 29, 2010 Leave a comment
Aku punya seorang rakan baik dari zaman kanak-kanak. Lim Wei Choon. Sana-sama bersekolah rendah hingga ke peringkat menengah . Selepas SPM, aku masuk ke Tingkatan 6, manakala Lim dihantar keluarganya melanjutkan pelajaran ke Amerika Syarikat. Kenangan sewaktu kanak-kanak hingga ke zaman remaja terlalu banyak yang dikongsi bersama. Setiap kali hariraya menjelang, Lim pasti berkunjung ke rumah ku untuk menikmati dodol arwah ayahku yang amat digemarinya. kadangkala, jika ada kenduri kendara dirumahku, pasti Lim akan turut serta. Aku jarang ke rumahnya kecuali umtuk beberapa sambutan seperti harijadi dan juga Tahun Baru Cina. Aku takut dengan anjing peliharaan keluarga Lim. Dengan Lim juga aku belajar matematik manakala subjek Bahasa Malaysia sering menjadi rujukannya padaku. Kenangan-kenangan seperti memancing, mandi jeram, ponteng sekolah untuk melihat pertandingan ‘breakdance’, semuanya kami kongsi bersama-sama. Apa yang ingin kunyatakan ialah, warna kulit dan perbezaan ugama tidak pernah menjadi penghalang persahabatan kami.

20 tahun telah berlalu, Lim telah menetap di Amerika setelah berjaya mendapat Green Card, beliau bekerja disana. Itu yang ku ketahui dari kakaknya. Hubungan ku dengan Lim terputus setelah dia melanjutkan pelajaran. maklumlah, dizaman kami dulu tiada internet, email atau telefon bimbit, yang ada cuma sesekali menghantar poskad bertanya khabar. Untuk menulis surat kepada lelaki amat malas kami rasakan.

Suatu pagi, aku bertembung dengan kakak Lim di pasar , kakaknya memberitahu Lim akan pulang ke tanahair. Dan aku amat terkejut dengan berita yang kudengar dari kakaknya. ” He’s name is no more Lim Wei Choon. He’s now Ahmad Zulfakar Lim Abdullah since 5 years ago. ..Subhanallah! Syukur Alhamdulillah, rakan baikku telah menemui hidayah dari Allah S.W.T. Memang aku tak sabar untuk berjumpa dengannya lebih-lebih lagi setelah menjadi saudara seagama denganku.

Hari yang kutunggu-tunggu telah tiba, dan petang itu aku berkesempatan bertemu dengan Lim dirumahnya. Ada satu keraian istimewa sempena menyambut kepulangannya. Ketika aku tiba, tetamu sudah semakin berkurangan.

Assalamualaikum….Itulah kalimat pertama dari mulutnya, wajahnya sudah jauh berubah, air mukanya amat redup dan tenang.
Aku menjawab salam dan berpelukan dengannya dan kami menangis umpama kekasih yang sudah terlalu lama terpisah.

‘Ini dia olang memang sudah manyak lama kawan, dari kecik ini dua olang” Ibu Lim menjelaskan pada beberapa orang tetamu yang melihat peristiwa kami berpelukan dan menangis itu. Tetapi aku bukan menangis kerana apa, tetapi kerana amat sebak dan terharu dan sangat bersyukur melihat keislaman rakanku.

Lim mengajak aku duduk dibuaian dihalaman rumahnya untuk berbual-bual. beliau masih fasih berbahasa melayu walau sudah lama berada diperantauan.


Talha, kau kawan baik aku kan? betul tak?…

Memanglah..kenapa kau tanya macam tu?

kalau kau kawan baik aku, kenapa kau biarkan aku diseksa?

Sori Lim, aku tak faham..diseksa? What do you mean?

Cuba kau fikir, kita ni kawan dari kecil, aku ingat lagi, rumah kau tu, is my second house. Tapi, mengapalah kau tak pernah ceritakan pada aku tentang Islam? Mengapa aku kena pergi ke US baru aku dapat belajar tentang Islam? Mengapa bukan di Malaysia, negara Islam ni? Dan mengapa aku di Islam kan oleh seorang bekas paderi kristian?

Aku terdiam, kelu tak mampu menjawab. Dan Lim terus berkata-kata.

Kalau betullah kau kawan baik aku, kenapa kau cuma nak baik dengan aku di dunia saja? kau suka tengok kawan baik kau ni diseksa didalam api neraka?

Kau tahu, kalaulah aku ni tak sempat masuk islam hingga aku mati, aku akan dakwa semua orang melayu Islam dalam kampung kita ni sebab tak sampaikan dakwah dan risalah Islam pada aku, keluarga aku dan non muslim yang lain.

Kau sedar tak, kau dah diberikan nikmat besar oleh Allah dengan melahirkan kau didalam keluarga Islam. tapi, nikmat itu bukan untuk kau nikmati seorang diri, atau untuk keluarga kau sendiri, kau dilahirkan dalam Islam adalah kerana ditugaskan untuk sampaikan Islam pada orang-orang yang dilahirkan dalam keluarga bukan Islam macam aku.

Aku masih tunduk dan terkata apa-apa kerana sangat malu.

Berdakwah adalah tugas muslim yang paling utama, sebagai pewaris Nabi, penyambung Risalah. Tetapi apa yang aku lihat, orang melayu ni tiada ada roh jihad, tak ada keinginan untuk berdakwah, macamana Allah nak tolong bangsa melayu kalau bangsa tu sendiri tak tolong ugama Allah?

Aku bukan nak banggakan diri aku, cuma aku kesal..sepatutnya nikmat ini kau kena gunakan dengan betul dan tepat, kerana selagi kau belum pernah berdakwah, jangan kau fikir kau sudah bersyukur pada Allah. Dan satu lagi, jangan dengan mudah kau cop orang-orang bukan Islam itu sebagai kafir kerana kafir itu bererti ingkar. Kalau kau dah sampaikan seruan dengan betul, kemudian mereka ingkar dan berpaling, barulah kau boleh panggil kafir.

Aku menjadi amat malu, kerana segala apa yang dikatakan oleh Lim adalah benar! dan aku tak pernah pun terfikir selama ini, aku hanya sibuk untuk memperbaiki amalan diri sehingga lupa pada tugasku yang sebenar. Baru aku faham, andainya tugas berdakwah ini telak dilaksanakan, Allah akan memberikan lagi pertolongan, bantuan dan kekuatan serta mempermudahkan segala urusan dunia dan akhirat sesorang itu.

Petang itu aku pulang dengan satu semangat baru, aku ingin berdakwah! Lim yang baru memeluk Islam selama 5 tahun itu pun telah mengislamkan lebih 20 orang termasuk adiknya. Mengapa aku yang hampir 40 tahun Islam ini (benarkah aku islam tulen) tidak pernah hatta walau seorang pun orang bukan Islam yang pernah kusampaikan dengan serious tentang kebenaran Islam?

Semoga Allah mengampuni diriku yang tidak faham apa itu erti nikmat dilahirkan sebagai Islam.

Oleh : arjunasetia

Artikel asal susunan : taalidi @ http://husnuzzonloa.blogspot.com
*Artikel ini adalah sumbangan ahli komuniti Forum Ehsan 

http://www.facebook.com/plugins/like.php?href=http%3A%2F%2Fal-ehsaniah.blogspot.com&layout=standard&show_faces=false&width=450&action=like&colorscheme=light&height=35

Categories: Dakwah, Motivasi, Nur Hidayah